
Ringkasan
Bella sungguh sangat mencintai pria yang ia nikahi, namun pada hari bahagia mereka, Mateo justru mengurung Bella dalam penjara dengan tangannya sendiri. Dua tahun di balik jeruji besi telah membuat Bella menjadi wanita yang tangguh dengan penuh rasa dendam yang mendalam dalam dirinya. “Jika kau membenci mereka, maka balaslah dendammu!” ucapan seseorang membuat jiwa baru tumbuh dalam diri Bella, yang membuat dia semakin percaya diri untuk menghadapi Mateo dan keluarganya. Di sisi lain, penyesalan datang, ketika Mateo menatap batu nisan yang kosong yang ada di hadapannya. Dia pun akhirnya menyadari bahwa dia selama ini sudah salah mencintai orang dan juga membenci orang yang salah.
Bab 1 Sebuah Tamparan
Bella menarik napas dalam sambil perlahan berjalan ke sebuah ruangan yang berada di pojok. Sampai di depan pintu Bella terdiam sejenak menatap pintu yang ada di depannya. Ketika Bella membuka pintu itu, ia dikagetkan dengan sebuah tamparan keras menghantam wajahnya dengan cepat.
"Plak!" Bella merasakan sakit diwajahnya akibat tamparan itu.
Belum sempat Bella bereaksi, lanjut ia mendapatkan tamparan lagi di wajahnya, membuat ia merasakan pusing sehingga ia menutup matanya. Perlahan Bella meraih tembok untuk menjaga keseimbangannya, sementara dua orang di dekatnya menatap Bella dengan penuh rasa benci dan amarah.
"Pemakaman kakakmu baru saja selesai, dan sekarang kamu berani menikah dengan suaminya! Apakah kamu tidak merasa malu sama sekali?! Apakah kamu tahu apa yang orang-orang katakan di luar sana? Bagaimana mungkin aku bisa membesarkan seseorang Pembunuh seperti kamu!" Ucap wanita paruh baya yang berdiri diri depan Bela.
Wanita itu adalah orang yang selama ini membesarkannya. Mendengar perkataan sang ibu, dada Bella terasa sesak, walaupun begitu ia mencoba bersikap biasa dan tidak mempermasalahkan apa yang sudah sang ibu lakukan padanya.
"Ibu ... Apakah kamu akan datang menghadiri pernikahanku?" Ucap memanggilnya dengan pelan. Namun wanita itu menghentakkan kakinya, lalu menatap rendah Bella sinis dengan penuh kebencian. Ia menarik wajah Bella dengan cukup kasar dan lagi-lagi itu membuat Bella kesakitan.
"Jangan mimpi! Kamu sudah membunuh kakakmu, merebut suami kakakmu, merampas pernikahan mereka dan sekarang kamu masih ingin aku menghadiri pernikahanmu? Apa kamu tidak memiliki hati?! Aku tidak pernah bertemu wanita semurahan ini! Aku tidak memiliki anak perempuan sepertimu!" Wanita itu mendorong dan melepaskan wajah Bella dengan sangat kasar. Bella hanya tertunduk mencoba menahan air mata, dengan semua perkataan ibunya.
Sebelum pergi, wanita paruh baya itu menatap Bella dengan tatapan sinis dengan penuh kebencian. Sepatu hak tingginya dengan sengaja menginjak kedua kaki kecil Bella sehingga ujung sepatu haknya menusuk ke dalam kulit. Bella merasakan sakitnya menusuk sampai ke sumsum tulang belakang. Ia kembali menutup matanya, menahan rasa sakit. Namun, tetap Bella tidak mau meneteskan air matanya pada saat itu.
Bella mencoba berdiri tegak setelah itu ia bersandar tubuhnya pada tembok. Selangkah demi selangkah berjalan menuju tempat rias, dan ia mengambil alat rias untuk memperbaiki riasannya.
Pipinya yang mendapatkan dua kali tamparan mulai memerah dan menyisakan bekas yang jelas terlihat. Bella menyentuh wajah yang mulai membekak kemerahan, sehingga dia meminta seorang pelayan membawakannya sekantung es untuk mengompres wajahnya.
Hari ini adalah pernikahan Bella dengan pria itu. Dia harus menjadi yang paling sempurna dan paling cantik yang berdiri di sisi pria itu.
"Ibumu sudah pergi?" Sahabat Bella—Rose masuk ke ruangan. Ketika Rose berjalan mendekati Bella, ia benar-benar dikagetkan dengan bekas tamparan yang ada di wajah sahabatnya. Rose langsung terkejut sambil menutup mulutnya.
"Apakah ibumu yang yang melakukan hal ini padamu?" Bella hanya mengangguk dalam diam.
Mendengar itu, tubuh Rose panas dipenuhi amarah, "Bagaimana bisa ibumu seperti ini? Apakah dia benar-benar ibu kandungmu? Jika dia tidak mau menghadiri pernikahanmu ya sudah! Kenapa dia harus melakukan ini? Sebentar lagi kamu akan naik ke altar, tapi masih ada bekas tamparan di wajahmu, bagaimana bisa naik ke altar dengan wajah seperti ini?"
Mendengar itu Bella menundukkan pandangannya, "Mereka semua menyalahkanku."
"Menyalahkan apa? Karena telah membunuh Amara? Kematian Amara tidak ada hubungan apa denganmu? Dia sendiri yang menabrakkan dirinya ke mobil, bukan kamu yang mendorongnya!" Rose kesal membuat ia tidak sadar berteriak dengan cukup emosi.
"Ada hubungan apa kamu dengan kematian Amara?" Di depan pintu, terdengar suara berat. Bella sangat mengenali suara itu. Ia terbelalak, punggung terkunci dan seketika ia merasa udara dingin seperti es merambat naik ke seluruh tubuhnya.
Rose memutar tubuhnya perlahan, baru saja ingin menjelaskan apa yang ia katakan, tetapi dirinya sudah dibuat takut oleh keangkuhan dari orang yang berada di pintu. Otaknya tiba-tiba menjadi kosong dan ia tidak tahu harus berkata apa.
Pria itu bersandar pada pintu. Tubuhnya dibalut oleh jas hitam mewah dan elegan, menatap kedua wanita yang ada di depannya dengan tajam sehingga kedua orang itu merasakan tubuh gemetar ketakutan.
“Pergi!” titah Pria itu mendekat selangkah demi selangkah, menatap Rose sambil bicara. Tubuh Rose semakin bergetar, tapi Rose masih berada di depan Bella untuk melindungi sahabatnya.
"Tidak, tidak bisa! Hari ini aku adalah pengiring pengantin wanita, aku ingin menemani Bella." Rose berusaha bertahan sambil meraih tangan Bella dan menggenggamnya dengan erat.
Pria itu membalikkan tubuhnya ke depan pintu, dan ia memerintahkan seseorang yang berdiri di sana, "Tolong bawa nona Rose pergi dari sini!"
"Baik!" Dua pengawal di depan pintu masuk ke dalam, langsung membawa Rose pergi dari sana.
Bella mengangkat roknya lalu berbalik pergi untuk menyusul Rose, namun dengan cepat tubuh Bella dihalangi oleh lengan pria itu. Tubuhnya langsung ditekan paksa untuk duduk di kursi rias.
"Lepaskan aku! Kalian telah melanggar hukum! Aku akan melaporkannya ke polisi! Tidak bisa.... mmm....mmm..." Seketika mulut Rose langsung ditutup, lalu pengawal menariknya pergi, setelah itu terdengar suara pintu tertutup.
"Mateo, aku mohon panggil mereka untuk melepaskan Rose. Kalau kamu ingin marah silahkan serang aku! Tapi lepaskan sahabatku, dia tidak tahu apa-apa!" Bella berteriak sambil menengadahkan kepalanya, menatap wajah Mateo. Ia mencoba memberanikan diri untuk bicara dengan pria yang ada di hadapannya, sambil jemarinya memegang sisi kursi erat-erat, sampai jari-jari tangannya memucat.
"Menyerangmu?" Mateo mengangkat alisnya meremehkan Bella.
Tangan pria itu mencengkram leher Bella. Tangannya menarik gaun pernikahan Bella, dan menatap dia dengan penuh kebencian.
"Akh ... Mateo aku mohon lepaskan aku! Ini menyakitkan!" Bella merintih kesakitan. Ia menarik pergelangan tangan Mateo yang ada di lehernya dengan tangan yang gemetar ketakutan.
Mateo tertawa dingin. Ia langsung menarik kancing depan gaun pernikahan Bella, dan kini tangannya menjamah tubuh Bella dengan semakin tak terkendalikan, menyentuh tubuhnya dari atas sampai bawah. Bella tidak bisa melawan karena tenaganya yang tak sekuat pria yang ada dihadapannya.
"Engh ..." Wajah Bella memerah, saat Mateo menyentuh daerah sensitifnya. Desahan pelan yang sulit ditahannya akhirnya keluar.
"Dasar wanita murahan!" Kedua mata Bella tiba-tiba terbuka jelas, mendengarkan ucapan pria itu, wajahnya seperti disiram air.
"Tidak ada yang tahu kamu wanita seperti ini!" Glen tersenyum dengan licik, sambil memperlihatkan layar ponsel ditangannya, lalu menekan tombol untuk memulai vidio. Di layar ponsel itu terlihat ekspresi wajah Bella ketika dilecehkan oleh Mateo.
Di dalam vidio itu tangan Mateo bermain di atas bagian dada Bella dengan kasar. Ia melecehkan dan menodai Bella, tetapi ekspresi wajah Bella seperti menikmatinya. Bella digoda oleh Mateo, sampai dirinya tidak sadar dengan ekspresi wajahnya sendiri. Setelah melihat vidio itu, Bella merasa seluruh wajahnya memerah dan panas.
Bella baru saja terhanyut dalam rayuan Mateo, sampai dia tidak menduga jika pria itu menggunakan ponsel untuk merekam dirinya.
"Bagaimana Jika aku menyetel video ini di saat pesta pernikahan berlangsung?" Mateo tertawa licik.
"Mateo, tidak. Kamu tidak bisa melakukannya." Wajah Bella pucat, bibirnya bergetar hebat. Bella ingin menarik baju Mateo, namun dengan cepat tangannya ditarik oleh pria itu dan diletakkan di atas kepala dan mendorong tubuh Bella hingga menyender di dinding.
"Kenapa tidak bisa? Biarkan orang-orang tahu, kalau kamu itu adalah wanita murahan. Wanita yang menggoda suami kakakmu sendiri! Wanita yang rela membunuh kakaknya hanya untuk mendapatkan apa yang kamu mau!"
Air mata Bella jatuh dari pelupuk matanya, "Tidak, bukan aku yang membunuhnya. Aku tidak ...."
"Dengan mataku sendiri aku melihat kamu mendorongnya! Kamu itu adalah seorang pembunuh. Mateo tersenyum dingin.
Bella buru-buru menarik bajunya, menutupi jejak berwarna keunguan di tubuhnya. Kini ia sudah tidak bisa lagi membendung air matanya, sehingga air mata itu berlinangan jatuh.
"Waktu pernikahan telah tiba!" Seseorang di balik pintu berteriak, sehingga dengan cepat Bella menghapus bekas air matanya.
"Kita harus bersiap!" Bella berbisik ketakutan.
Mateo berjalan menghampiri Bella lalu menjambak rambut panjang gadis itu ke belakang, "Bersiap? Kamu masih punya muka untuh bersiap di pernikahan ini?!"
"Ah ... Lepaskan, sakit!" Bella merasa lengannya sangat sakit. Tangan Mateo yang sekeras besi langsung menarik tubuhnya, lalu menutup kasar pintu ruang rias, menariknya keluar ruangan.
"Bukankah kamu menyuruhku bersiap untuk acara pernikahan? Baiklah, cintaku yang terkasih. Sekarang, silakan nikmati momen indah dalam upacara pernikahanmu!"