Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

chapter 05

Bab 05

Liera terlalu larut dalam rumitnya memikirkannya saat ini, sulit di pahami jika semua ini terjadi dalam sepersekian waktu yang sangat cepat, semua yang terjadi dengan pertemuan yang telah terlewatkan menimbulkan banyak sekali pertanyaan dalam kepalanya.

Rasanya tidak nyata tapi dirinya benar-benar merasuki tubuh seseorang.

Sampai dimana Liera tersentak saat pria yang ada di hadapan mengecup bibirnya, menghantarkan cara dingin membuatnya kembali fokus untuk pada apa yang terjadi saat ini, tatapan bertemu dengan pria itu, pria asing yang menyebut dirinya Kaisar.

Posisi ini, entah mengapa membuat degup jantungnya berpacu lebih kencang, dia tidak bisa memalingkan wajahnya dari betapa mempesona pria itu yang menghancurkan hatinya.

Siapa dia? Dia memiliki rahang yang indah, hidung yang mancung dan wajah yang tampan, proporsi wajahnya sangat indah dan terbentuk dengan sangat baik.

Membuat dirinya semakin gugup di atas pangkuannya, ditambah Liera yang mulai merasa kedinginan karena memang tubuhnya sudah basah, ditambah pakaian yang dirinya kenakan terkesan tipis, membuat dirinya mudah kedinginan, Leira sampai gemetar.

"Haruskah aku melakukan hal lain? Apakah kamu benar-benar ingin menggodaku?" Tanya pria itu, dia membuka suaranya setelah mengamati tingkah laku aneh dari wanita itu, salah satu selirnya, seperti pikirannya begitu rumit dan tidak bisa fokus pada hal yang terjadi sekarang.

Liera langsung menggelengkan kepalanya, dia menggunakan kedua tangannya untuk menjauh dari pria itu, tapi cekalan yang pria itu lakukan di tubuhnya benar-benar membuatnya takut, dia sampai menelan air liurnya, karena pria itu merangkul pinggangnya dengan erat.

Merasa jika rahang giginya yang mulai gemetar kedinginan.

"Tidak, sungguh. Aku tidak pernah mau menggoda siapapun, ak—aku juga tidak tahu bagaimana bisa berakhir disini, sepertinya aku harus pergi dari sini, lepaskan aku." Ucap Liera, dia yakin jika sebentar lagi mimpi ini pasti akan berakhir seperti sebelumnya.

Kabar baiknya jika dia berarti tidak mati, dia ingin sekali bertemu dengan ibunya dan menjalani kehidupannya dengan baik, menjauh mereka yang sudah mengkhianati dirinya, Leira ingin memutar kembali semua dari awal.

"Kamu pikir aku akan percaya begitu saja? Apakah kau seorang mata-mata yang ingin membunuhku?" Tanya pria itu, dia tidak membiarkan wanita itu beranjak darinya, apalagi membiarkan dirinya pergi dari tempat ini begitu saja.

Liera langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat, tangannya mencoba menjelaskan jika yang dia katakan bukanlah hal benar bukan sebuah kebohongan, dia saja tidak tahu kenapa dirinya bisa terjebak dalam tempat ini, Leira bahkan masih merasa jika ini adalah mimpi.

"Tidak, anda salah paham Yang Mulia, saya adalah seorang selir." Liera terkejut dengan ucapannya, dia menutup mulutnya dengan tidak percaya, apa yang barusan dirinya katakan?

Selir?

Seperti terlalu banyak berkhayal dirinya jadi mengatakan hal seperti itu! Ini aneh! Kenapa tiba-tiba dia mengatakan hal yang tidak pernah dirinya duga, Selir?

"Selir? Siapa namamu?" Tanya pria itu, dia mengangkat tubuh wanita itu untuk meninggalkan pemandian yang di buat seperti sungai dangkal, pria itu menurunkan wanita itu, tapi tidak melepaskan pergelangan tangannya, mencegah agar dia tidak melarikan diri.

"Namaku—nama… saya, Selir Yue Xian." Ucapnya, dia asal saja menyebutkan nama yang terlintas dalam ingatannya, dia tidak tahu harus bagaimana tapi sungguh tubuhnya butuh sekali selimut, kenapa udara disini terasa begitu dingin.

"Selir Yue? Kapan kamu datang ke kerajaan ini?" Tanya pria itu, dia bukanlah seseorang yang mudah di bohongi, dari caranya berbicara dan gerak gerik sungguh aneh karena tidak seperti selir yang ada di istananya.

Kapan dia menikahi seorang wanita dari keturunan Xian? Apakah dia dari kiriman ibunya? Apakah dia wanita yang di jadikan upeti oleh orang tuanya? Dan masuk ke dalam harem miliknya.

Karena terlalu banyak Selir yang dirinya miliki, dirinya sampai tidak bisa mengingatnya dengan baik.

'Bagaimana aku tahu! Aku juga masih bingung kenapa bisa berakhir berada disini! Kau pria yang aneh karena tidak mengenali istrimu sendiri!' Ucap Liera dalam hatinya, dia merasa pergelangan tangannya akan patah jika pria itu terus menarik dan menggenggamnya.

Sampai pintu ruangan pemandian itu terbuka dan memperlihatkan beberapa pelayan yang berdiri di sana, menatap terkejut dengan apa yang terjadi di hadapan mereka, karena sebelumnya tidak pernah ada berani masuk ke dalam.

'Lihat selir pembuat masalah itu sangat berani sekali melangkah masuk ke dalam sini.'

"Dia terlihat sangat putus asa untuk mendapatkan posisi selir! Sangat menjijikan!"

Liera tidak tahu semakin banyak pasang mata yang muncul di sini, sambil berpikir kapan hal ini berakhir, padahal dia sudah yakin jika ini akan segera selesai, sampai dia terkejut saat pria itu menarik tubuhnya dan memasukkan dirinya ke dalam dekapannya, disaat semua orang membicarakan dirinya.

"Aku tidak memerintahkan hal apapun, tapi beraninya sekalian semua lancang membuka pintu itu!" Ucapnya, suaranya berubah menjadi begitu tegas dan dingin, semua langsung menundukan pandangannya, membuat raut wajah yang takut.

Sedangkan Leira tidak berkutik apapun, ucapan pria itu sangat kencang dan membuatnya takut.

"Panglima Zean, bawa mereka semua ke lapangan, aku ingin memberikan pelajaran pada mereka atas kelancangan yang mereka lakukan." Ucap pria itu lagi.

"Siap, saya akan melakukan apa yang, Yang Mulia perintahkan."

Semua yang masuk di ruang pemandian, wajah berubah pucat dan panik saat mereka di seret untuk keluar.

Liera mengangkat kepalanya saat merasa tempat itu kembali sunyi, tatapannya bertemu dengan pria itu, semakin melihatnya. Liera sadar satu hal jika memang ini bukan mimpi, sentuhannya dan segalanya terasa nyata, bahkan mereka yang menatap dirinya seakan kenal siapa tubuh ini.

Kesempatan apa yang sebenarnya terjadi? Pertukaran tubuh atas hal apa yang membuatnya berada disini?

"Kau, pakailah jubahku, pastikan mandi dengan air hangat." Ucapnya, untuk pertama kalinya pria itu merendahkan suaranya, dia juga melepaskan tubuh wanita itu dalam kedekapannya.

Teringat jika ada seseorang yang masih menghuni hatinya, dia sangat tidak ingin melakukannya apalagi membuatnya marah.

"Kamu juga harus menerima hukuman atas kelancangan masuk ke ruangan pemandian pribadiku."

Liera mengangguk paham dan menerima jubah dari pria itu, dia tidak mengatakan hal apapun dan bergegas pergi dari sana, entah kenapa hatinya sedih sekaligus senang, begitu dirinya membuka pintu dia terkejut melihat beberapa pelayan di depan saja.

Langsung memberikan dirinya pakaian yang begitu tebal, wajah mereka sangat khawatir begitu menatap dirinya, siapa mereka?

"Yang Mulia, bagaimana anda bisa masuk ke dalam? Apakah yang mulia baik-baik saja?" Tanya salah satu dari mereka yang membuka suaranya.

Dengan wajah bingung Liera tidak tahu harus menjawab apa, rasanya di tempat ini mereka semua asing untuknya, tapi kenapa mereka mengingat dirinya?

Benarkah tubuh pemilik sebelumnya adalah Yue Xian?

"Ya, aku baik-baik saja." Jawab Liera setelah terdiam beberapa saat, dia memejamkan matanya saat merasa tubuhnya semakin dingin, dia baru sadar sepertinya terlalu lama berendam, Liera berpegangan erat pada pelayan yang membimbingnya untuk membawa pulang.

"Yang Mulia, tolong jangan melakukan hal seperti ini lagi, kami tidak mau anda mengalami hal buruk jika berkaitan dengan kaisar."

Liera tidak mendengarkan ucapan para pelayan itu, dia merasa harus segera memejamkan matanya.

"Ini jubah baru anda, Yang Mulia." Ucap panglima Zean, pria itu memberikan langsung pada pria itu, lalu membantu mengenakan di tubuhnya penuh dengan terampil.

"Cari tahu alasan kenapa dia bisa berakhir disini, dan kapan aku nikahnya? Benarkah dia yang di katakan oleh ibunda?" Tanyanya, dia mengajukan banyak sekali pertanyaan pada kaki tangan kepercayaannya.

"Saya sedang menyelidikinya Yang Mulia, selir Yue Xian sudah anda nikahi sejak tiga bulan yang lalu, dia di serahkan atas pemberian dari keluar Xian untuk menjadi bagian dari kerajaan Hwang. Selir Yue tidak pernah bertemu dengan anda Yang Mulia, jadi sangat wajar jika Yang Mulia tidak mengenalnya."

Pria itu hanya memberikan anggukan paham, dia merapikan ikatan di jubahkan lalu memutuskan untuk meninggalkan pemandian itu, dia harus menemui seseorang sekarang.

"Baiklah, atur waktu dimana aku bisa berbicara dengannya."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel